Empedokles
adalah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Tokoh
lainnya dari mazhab ini adalah Anaxagoras.
Jika para filsuf Miletos mengajarkan
bahwa ada satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles
berpendapat lain. Menurut Empedokles, prinsip dasar itu tidaklah tunggal
melainkan empat. Ia dikenal sebagai seorang dokter, penyair, ahli pidato, dan
politikus. Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi. Puisi pertama berjudul "Perihal
Alam" (On Nature) dan yang kedua berjudul
"Penyucian-Penyucian" (Purifications). Kedua karya
tersebut memiliki 5000 ayat, namun yang masih ada hingga kini tinggal 350 ayat
dari karya pertama, dan 100 ayat dari karya kedua. Para ahli tidak
sepakat mengenai mana karangan yang lebih dahulu ditulis.
Empedokles
lahir di Agrigentum,
pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM
(495-435 SM). Ia berasal dari golongan bangsawan. Empedokles dipengaruhi oleh
aliran religius yang disebut orfisme, dan juga kaum Pythagorean. Ada sumber
lain yang mengatakan ia mengikuti ajaran Parmenides. Pada usia yang
tidak diketahui, ia dibuang dari kota asalnya namun tidak ada informasi
mengenai pembuangannya itu. Berdasarkan keterangan dari Aristoteles, Empedokles
meninggal pada usia 60 tahun. Menurut legenda, Empedokles meninggal dengan cara
terjun ke kawah vulkano di gunung Etna.
Pemikiran
Tentang Empat
Anasir
Empedokles
berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal melainkan
terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum memakai istilah anasir (stoikeia)
yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato,
melainkan menggunakan istilah 'akar' (rizomata). Empat anasir
tersebut adalah air,
tanah, api, dan udara. Keempat anasir
tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang
saling berlawanan. Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang
dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan
yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles
adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri. Para filsuf
sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.
Empedokles
berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir
sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan
tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir
tersebut, walaupun berbeda komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan
tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api.
Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir tersebut diubah.
Tentang Cinta
dan Benci
Menurut
Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam
semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip
tersebut adalah cinta (philotes) dan benci (neikos). Cinta
berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci berfungsi menceraikannya.
Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda lain. Atas
dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam
semesta di dalam empat zaman. Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman
pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan
seterusnya. Zaman-zaman tersebut adalah:
1. Zaman
pertama. Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta
dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan
sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.
2. Zaman kedua.
Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam semesta
sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh benci. Benda-benda
memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya makhluk-makhluk hidup dapat
mati. Menurut Empedokles, manusia hidup pada zaman ini.
3. Zaman ketiga.
Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di mana
benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat anasir yang sama
sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan kosentris: tanah di
dalam pusat dan api pada permukaan. Cinta kini berada di ujung.
4. Zaman
keempat. Sekarang cinta masuk kembali hingga timbul situasi yang sejajar dengan
zaman kedua. Apabila cinta menjadi dominan, artinya zaman pertama dimulai
kembali.
[sunting] Tentang
Pengenalan
Empedokles
menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan mengenal
yang sama". Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di dalam diri kita
mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan
seterusnya. Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal
utama dari tubuh manusi, sebab darah dianggap sebagai campuran paling sempurna
dari keempat anasir, terutama darah paling murni yang mengelilingi jantung.
Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di dalam bidang biologi dan ilmu
kedokteran selanjutnya.
Tentang
Penyucian
Karya
"Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang
dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya. Di dalam
karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon
(semacam dewa) yang jatuh karena berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah
perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim. Jiwa-jiwa itu berpindah
dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada burung-burung, dan juga
manusia. Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain dengan berpantang makan
daging hewan, maka ia dapat memperoleh status daimon kembali. Pandangan
tentang perpindahan jiwa ini nampaknya diadopsi dari mazhab Pythagorean.
Pengaruh
Empedokles
Pemikiran
Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi Aristoteles diterima umum
sepanjang seluruh Abad
Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan
dunia sampai awal zaman modern.
Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle
membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk
kimia modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar