Leukippos—sekalipun kurang dikenal—adalah seorang
filsuf yang merintis mazhab Atomisme[1].
Ia juga merupakan guru dari Demokritos.
Di dalam filsafat Atomisme, pemikiran Demokritos lebih dikenal ketimbang
Leukippos, meskipun agak sulit membedakan antara pandangan Leukippos dan
Demokritos. Para ahli masa kini menganggap bahwa Leukippos merumuskan garis
besar ajaran-ajaran atomisme, lalu Demokritos mengembangkan pemikiran gurunya
lebih lanjut. Riwayat hidup Leukippos (sekitar abad ke-5 SM) sulit diketahui
sebab hanya sedikit sumber kuno yang berbicara tentang kehidupan dan karyanya. Epikuros dan Samos bahkan membantah
bahwa Leukippos adalah tokoh historis. Akan tetapi, Aristoteles dan Theophrastos,
muridnya, menyatakan Leukippos sebagai pendiri mazhab Atomisme, dan kesaksian
mereka lebih dipercaya para ahli masa kini. Tempat kelahiran Leukippos tidak
diketahui, namun ada sumber kuno yang mengatakan bahwa Leukippos berasal dari
kota Miletos atau kota Elea. Leukippos dikatakan memiliki
hubungan dengan mazhab Elea. Ada
kemungkinan ia menetap di Elea beberapa waktu dan merumuskan filsafatnya
sebagai kritik atas filsafat Elea.
Pemikirannya: Tentang
Atom
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, pemikiran pak Kippos dan pak Kritos sulit
untuk dipisahkan sehingga untuk mengetahui lebih banyak tentang konsep atom kita perlu
mempelajari Demokritos. Ada satu catatan dari Simplicius yang berbicara
sedikit tentang konsep atom Leukippos. Menurut
pak Kippos, atom adalah elemen yang tak terbatas dan abadi, terus bergerak,
serta memiliki bentuk yang jumlahnya tak terbatas. Atom inilah yang membentuk
segala sesuatu yang ada. Selain itu, atom-atom tersebut bersifat padat dan
penuh.
Tentang Determinisme
Pak Kippos
juga mengajarkan semacam pandangan determinisme di dalam satu
fragmennya yang masih tersisa. Leukippos mengatakan: "Tidak ada satu hal
pun yang terjadi secara sembarangan, melainkan semuanya terjadi karena maksud
tertentu dan kebutuhan tertentu" bahasa Jawanya, "No thing happens
in vain, but all things for reason and by necessity".
Demokritos (460-370 SM)
Demokritos adalah penerus estafet mazhab Atomisme yang
dibawa pak Kippos. Ia adalah murid dari kesayangan pak Kippos sendiri. Demokritos
mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru prisma pemikiran
Demokritos yang lebih dikenal dan memesona di panggung sejarah filsafat. Selain
sebagai filsuf, Demokritos juga dikenal menguasai banyak keahlian. Sayangnya,
karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan[2].
Demokritos menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan etika. Ada sekitar 300
kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam sumber-sumber kuno. Sebagian
besar kutipan-kutipan tersebut berisi tentang etika.
Demokritos lahir
di kota Abdera, Yunani Utara. Ia hidup
sekitar tahun 460 SM hingga 370 SM. Kritos muda, yang memang berasal dari
keluarga kaya raya, menggunakan warisannya untuk pergi ke Mesir, Babilonia dan
negeri-negeri Timur lainnya. Selain menjadi murid Leukippos, Ia juga belajar
kepada Anaxagoras
dan Philolaos. Hanya sedikit
yang dapat diketahui dari riwayat hidup Demokritos. Banyak data tentang
kehidupannya telah tercampur dengan legenda-legenda yang kebenarannya sulit
dipercaya, karena memang begitulah tradisi Yunani. Meskipun ia hidup sezaman
dengan Sokrates,
bahkan usianya lebih muda, namun Demokritos tetap digolongkan sebagai filsuf
pra-sokratik. Hal ini dikarenakan ia melanjutkan dan mengembangkan ajaran
atomisme dari Leukippos yang merupakan filsuf pra-sokratik. Ajaran Leukippos
dan Demokritos bahkan hampir tidak dapat dipisahkan. Selain itu, filsafat
Demokritos tidak dikenal di Athena untuk waktu yang cukup lama. Misalnya saja, Plato tidak mengetahui
apa-apa tentang Atomisme. Baru Aristoteles yang kemudian menaruh perhatian
besar terhadap pandangan atomisme. Di antara karya-karya (menurut beberapa
sumber) Demokritos adalah Tritogenia, On the Things in Hades dan On
the Disposition of the Wise Man. Sayangnya
semua karya itu sulit ditelisik otentisitasnya.
Pemikirannya:
Perihal Atom
Demokritos
dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom
adalah unsur-unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju dengan
ajaran pluralisme
Empedokles dan Anaxagoras
bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi, bertentangan
dengan Empedokles dan Anaxagoras, Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur
tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi. Karena itulah, unsur-unsur tersebut
diberi nama atom. Atom-atom
tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas. Ukurannya
begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya. Selain itu, atom
juga tidak memiliki kualitas, seperti panas atau manis. Hal itu pula yang
membedakan dengan konsep zat-zat Empedokles dan benih-benih dari Anaxagoras.
Atom-atom tersebut berbeda satu dengan yang lainnya melalui tiga hal:
bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf N), urutannya (seperti AN
berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan Z dalam urutan
abjad). Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa.
Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.
Selain
itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan
tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu, Demokritos
menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan".
Jika ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak. Demokritos
membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki kamar
yang gelap gulita melalui retak-retak jendela. Di situ akan terlihat bagaimana
debu bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada angin yang menyebabkannya
bergerak. Dengan demikian, tidak
diperlukan prinsip lain untuk membuat atom-atom itu bergerak, seperti
prinsip "cinta" dan "benci" menurut Empedokles. Adanya
ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak.
Tentang Dunia
Dunia
dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk saling
mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai bergerak
berputar, dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari gerak
tersebut. Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut
sedangkan kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah
dunia terbentuk.
Tentang Manusia
Tentang
manusia, pak Kkritos berpandangan bahwa manusia
juga terdiri dari atom-atom. Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom
halus. Atom-atom ini digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda
yang disebut eidola. Dengan
demikian muncul kesan-kesan inderawi atas benda-benda tersebut.[
Tentang
Pengenalan
Sebelumnya
telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas atom-atom, mengeluarkan
gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah
yang masuk ke panca indera manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat
melihat karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom
jiwa. Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan inderawi lainnya. Lalu
bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indera manusia, seperti pahit,
manis, warna, dan sebagainya? Jawablah kisanak!
Dalam
pandangan pak Kritos atom-atom tersebut tidak memiliki kualitas, jadi dari mana
kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh manusia? Menurut pak Kritos,
kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya kontak antara atom-atom
tertentu dengan yang lain[3].
Misalnya saja, manusia merasakan manis karena atom jiwa bersentuhan dengan
atom-atom yang licin. Kemudian manusia merasakan pahit bila jiwa bersentuhan
dengan atom-atom yang kasar. Rasa panas didapatkan karena jiwa bersentuhan
dengan atom-atom yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan
demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya dirasakan
oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya. Karena itulah, Demokritos
menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu benda. Yang
dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut. Demokritos
mengatakan: "Tentunya akan menjadi
jelas, ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni bagaimana keadaan
setiap benda dalam kenyataan yang sesungguhnya. Sesungguhnya, kita sama sekali
tidak tahu, sebab kebenaran terletak di dasar jurang yang dalam".
Etika
Menurut
Demokritos, nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan batin yang
sempurna (euthymia). Hal
itu dapat dicapai bila manusia menyeimbangkan semua faktor di dalam kehidupan:
kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantangan. Yang bertugas mengusahakan
keseimbangan ini adalah rasio.
[sunting] Karya-karya
Halaman ini
belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Inggris.
Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia. Tag ini diberikan pada 2010 |
Berikut adalah
daftar karya-karya Demokritos menurut kesaksian Diogenes Laertius:[5]
Etika
Pythagoras
On the
Disposition of the Wise Man
On the Things in
Hades
Tritogenia
On Manliness or
On Virtue
The Horn of
Amaltheia
On Contentment
Ethical
Commentaries
Ilmu Alam
The Great
World-ordering (kemungkinan ditulis oleh Leukippos)
Cosmography
On the Planets
On Nature
On the Nature of
Man or On Flesh (two books)
On the Mind
On the Senses
On Flavours
On Colours
On Different
Shapes
On Changing
Shape
Buttresses
On Images
On Logic
(three books)
Alam Semesta
Heavenly Causes
Atmospheric
Causes
Terrestrial
Causes
Causes Concerned
with Fire and Things in Fire
Causes Concerned
with Sounds
Caused Concerned
with Seeds and Plants and Fruits
Causes Concerned
with Animals (three books)
Miscellaneous
Causes
On Magnets
Matematika
On Different
Angles or O contact of Circles and Spheres
On Geometry
Geometry
Numbers
On Irrational
Lines and Solids (two books)
Planispheres
On the Great
Year or Astronomy (a calendar)
Contest of the
Waterclock
Description of
the Heavens
Geography
Description of
the Poles
Description of
Rays of Light
Sastra
On the Rhythms
and Harmony
On Poetry
On the Beauty of
Verses
On Euphonious
and Harsh-sounding Letters
On Homer
On Song
On Verbs
Names
[1] a dalam
bahasa Yunani berarti tidak, tomos berarti
dibagi-bagi atau dipecah-pecah. Dengan demikian atom berarti elemen yang tak
bisa dipecah lagi. Sedangkan isme berarti
paham, aliran atau mazhab.
[2] Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy.
Oxford, New York: Oxford University Press. P. 185
[3] K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 61-66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar