Selasa, 28 April 2015

Phytagoras


• Phytagoras berkata,”jika engkau ingin hidup senang ,mka hendaklah engkau rela di anggap sebgai tidak berakal atau di anggap orang bodoh”.
• Pukulan dari sahabatmu lebih baik dari pada ciuman dari musuhmu.
• Phytagoras berkata,”jangan sekali-kali percaya paada kasih sayang yang datang tiba-tiba, karena dia akan meninggalkanmu dengan tiba-tiba pula”.
• Jangan membanggakan apa yang kamu lakukan hari ini, sebab engkau tidak akan tahu apa yang akan di berikan oleh hari esok.

Plato

• Orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja.
• Janganlah engkau berteman dengan orang jahat karena sifatmu akan mencuri sifatnya tanpa engkau sadari.
• Plato berkata ,”Orang yang berilmu mengetahi orang yang bodoh karena dia pernah bodoh,sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang berilmu karena dia tidak pernah berilmu”.
• Budi pekerti yang tinggi adalah rasa malu terhadap diri sendiri.
• Plato di Tanya ,”Bagaimana caranya agar seseorang biasa hidup dengan tenang?”. Dia menjawab ,” Jika orang itutidak melakukan kejahatanh dan tidak beredihh akan sesuatu yang di alaminya,maka dia tentu akan merasa tenang”.
• Kerendahan seseorang di ketahui melalui dua hal : banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna,dan bercerita padahal tidak di tanya.
• Jangan terlalu banyak mengenal orang .sebab, kalian lebih sering di sakiti oleh orang yang kalian kenal,sedangkan orang yang tidak kalian kenal nyaris tidak dapat menyakiti kalian.
• Cint6a adalah gerak jiwa yang kosong tanpa pikiran.

Thales

• “orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang menganggap teguran teguran keras baginya lenbut daripada sanjungan merdu dari penjilat yang berlebih-lebihan”
• “apabila kamu menasihati orang yang bersalah maka berlemah lembutlah agar dia tidak merasa di telanjangi”
• “orang yang secara sembunyi-sembunyi melakukan suatu perbuatan yang tidak di llakukan secara terang-terangan,ia tidak berharga di hadapan dirinya”

Socrates

• Seseorang menampar pipi Socrates,lalu pada bekas tamparan itu Socrates menulis “Seseorang telah menamparku ini balasan dariku”.
• Socrates di cela karena makan terlalu sedikit, maka di menjawab,“aku makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”.
• Socrates di cela karena di tidak banyak bicara, dia menjawab,”Allah Taala telah menciptakan dua telinga dan satu lidah untukku agar aku banyak mendengar daripada berbicara,tetapi kalian lebih banyak bicara daripada mendengar”.
• Setelah berusia tua,Socrates,belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya,” apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?”. Dia menjawab,” Aku merasa lebih malu menjadi orang yang bodoh di usia tua”.
• Socrates berkata,”Cobalah dulu,baru cerita. Pahamilah dulu,baru menjawab. Pikirlah dulu,baru berkata.Dengarlah dulu,baru beri penilaian .Bekerjalah dulu,baru berharap.

• Socrates berkata ,” kesedihan membuat akal terpana dan tidak berdaya.jika anda tertimpa kesedihan, terimalah dia dengan keteguhan hati dan berdayakanlah akal untuk mencari jalan keluar”.
• Janganlah engaku menceritakan isi jiwamu kepada oarng lain,karena sungguh jelek orang yang menaruh hartanya di rumah dan memerkan isinya.
• Kesejahteraaan memberikan peringatan,sedangkan bencana memberi nasihat.
• Jangan mengomentari kesalahan orang lain, karena orang itu akan mengambil manfaat dari ilmumu lalu di menjadi musuhmu.




LOGIKA
biasanya kecenderungan distigmakan
dengan membahas hal yang tabu dalam masyarakat. Membicarakan hal yang terlalu mendalam dan bukan
bersumber dari islam. Sehingga banyak umat islam tidak paham apa sebenarnya hakikat rasio, tidak
berwawasan ilmu pengetahuan, dan mengingkari fitrahnya sendiri, bahwa manusia memiliki fitrah kuriositas.
Dimana kuriositas yang berhasil memunculkan pengetahuan
wajib di uji keilmiahannya dengan logika.
Mustahil ketidaktahuan dan keacuhan melahirkan pengetahuan, supaya pengetahuan lahir maka langkah awal
adalah cinta pengetahuan itu sendiri. Misalnya, bila kita mengimani sesuatu hal sedangkan kita sendiri tidak
punya pengetahuan yang lengkap terhadap hal itu. Karena katakanlah terlalu rumit, hal itu tidak cukup
dijadikan alasan acuh tak acuh terhadap pengetahuan pokok-pokok keimanan kita. Seharusnya kita menggali
lebih dalam keimanan kita, kaerna sebenarnya iman keseluruhan terdiri dari sub-sub iman.
Sub-sub iman
membentuk iman,
k e i m an an adalahan ak dari ke-tahu-an /p e n ge t a h u an.
Misalnya iman kepada hari akhir. Sub-sub keimanannya katakanlah,ada 6 pengetahuan :
1) bumi adalah materi,
2) materi tidak kekal,
3) bumi selalu bergerak,
4) alam semesta lainnya juga selalu bergerak,
5) bergerak membutuhkan energi,
6) cepat atau lambat pasti energi akan habis.
Kapan? Butuh perhitungan yang sangat rumit! sampai-sampai belum di temukan ramalan yang ilmiah tentang kapan energi itu habis. Pada saat energi alamsemesta habis maka dunia akan kiamat. Semua runtutan logika barusan bersumber dari cakupan pengetahuan yang luas. Bisa disimpulkan pengetahuanlah yang melahirkan keimanan.
KATA KUNCI
Fungsi, rasional, empiris, ilmu, pengetahuan, logika, subyek, obyek

3
PEMBAHASAN
FUNGSI
Misalnya fungsi sandal : sebagai alas kedua kaki kita, sehingga kalau berjalan bisa aman dan nyaman.
Seandainya ada maling lewat lantas kita ambil sisi kiri sandal kita. Seraya kita lempar ke maling yang sedang
mengendap-endap tersebut. Pada hakikatnya sandal itu tidak berfungsi. Sandal kita beli bukan dengan niat
melempar maling. Dan bila kita mengejar maling tersebut hanya dengan sisi kanan saja lalu kaki kiri kita
terkena duri, maka sandal juga bisa dikatakan tidak berfungsi, walaupun masih ada sisi kanan. Karena fungsi
yang dirumuskan di awal adalah mengalasi kedua kaki kita.
Fungsi , sama artinya dengan manfaat. Yang dimaksud dengan fungsi adalah hasil yang akan tercapai apabila
proses telah selesai satu persatu dengan tepat. Berproses saja belum tentu menghasilkan hasil yang ingin
dicapai, karena ada caranya. Kesempurnaan hasil dicapai dari kesempurnaan proses. Oleh karena itu apabila
berbicara fungsi, pasti tidak lepas dari cara mencapai fungsi tersebut (proses). Berproses yang tidak mengarah
ke fungsi, pasti akan menyebabkan dampak yang berkebalikan dengan fungsi tersebut. Tergantung dari
seberapa jauh cara-cara yang dipakai yang malah berseberangan dengan rumusan fungsi. Sesuatu dikatakan
berfungsi apabila ia di proses berorientasikan fungsinya.
FUNGSI RASIO
RASIONAL
Rasional dari kata perbandingan, antara sekian banyak gejala, dibandingkan mana yang sebab dan mana yang akibat. Manusia mendapatkan berbagai macam fakta lepas dari indra-indra dengan mengamati gejala-gejala di sekitar mereka. Gejala-gejala ini tidak mungkin berdiri sendiri, bila dipertanyakan keterkaitan antara gejala A dengan B, kita akan menemukan adanya kesamaan dengan selalu membandingkan pengetahuan yang lama dengan pengetahuan baru di tiap harinya. Maka kita bisa menjustifikasi bahwa gejala A dan B terkait dan
berhubungan sebagai akibat dari gejala C, walaupun belum mengalami langsung gejala C. Hukumk aus al i t as
yang masuk akal adalah pelaku bergeraknya alam semesta.
Misalnya, seorang rasional ingin menguji sifat apa yang ada di dalam gumpalan awan. Seorang rasional cukup
membuka kembali memori yang pernah ia alami di darat. Pertama, ada gejala hujan tujun dari atas langit,
dilangit nampak awan. Maka awan adalah penampung air hujan, ia bisa menampung air yang sangat banyak.
Dari bentuk awan saja yang menyerupai kabut, ia adalah media yang cocok untuk menampung uap. Kedua,
apabila ada petir menyambar, pasti ada kilat yang terlihat di atas langit mendahului suara petir. Hal ini
menunjukkan ada aktivitas gesekan proton dan elektron. Sehingga disimpulkan awan memiliki suasana potensi
listrik tegangan tinggi. Lebih hemat waktu, tenaga, dan biaya. Namun tidak hemat secara pemikiran, karena
membutuhkan daya pikir dan wawasan yang luas.
Apabila membahas masalah : cara berfikir tertentu, supaya hasil yang didapat bersifat obyektif, maka harus
dibandingkan dengan cara lainnya juga. Sedangkan yang biasa dibandingkan dengan
r as i o n al adalahe m p i r is.
Kenapa pembandingnya dengan empiris? Karena aspek historis dan secara konsep, 2 cara berfikir ini masih
relevan sebagai pengantar studi cara berfikir. Dan apabila kita ingin mencapai fungsi yang sama dengan 2 alat
yang berbeda, akan lebih baik bila kita membandingkannya dengan cara lainny, mana yang lebih
menguntungkan. F
ungsi yang sama menggunakan cara rasional maupun empiris adalah fungsi supaya
menemukan kebenaranyang pertanggungjawabannya paling memuaskan.
EMPIRIS

Empiris, berarti pengalaman. Di dunia ini ada banyak gejala yang kita alami sehari-hari. Doktrin empirisnya, hal
itu semua berdiri dengan sendirinya. Tidak ada kausalitas, yang ada hanya konsekuensi logis dari data dan
angka. Menemukan pengetahuan dari gejala yang berdiri sendiri tidak boleh melibatkan cara-cara yang masuk
akal, takutnya malah ada kecenderungan menghubung-hubungkan fakta lepas dengan dengan akal manusia
yang lemah. Misalnya dengan memjustifikasi bahwa gejala A dan B muncul sebagai akibat dari gejala C.
Doktrinnya, yang masuk akal pasti tercampur oleh subyektifitas pengamat. Pada prinsipnya, aliran empiris
menjustifikasi bahwa pengetahuan yang benar bersumber dari
pengalaman langsung, dan semua gejala alam
adalaht e r p is ah.
Misalnya, seorang empiris tidak percaya bahwa gejala mendungd is e b ab k an oleh akan turunnya hujan. Karena
ia percaya akan kenihilan hukum sebab akibat. Tapi seorang empiris percaya bahwa gejala mendung setelah
agak lama akan muncul gejala hujan, disebabkan data lapangan bahwa 90 persen hujan diawali oleh gelapnya
langit (mendung).
Contoh lagi, seorang empiris ingin mengetahui apa yang ada di dalam sebuah awan di langit. Seorang empiris
pasti akan menyiapkan segala peralatan terbang dan instrumen uji bahan lainnya untuk mengetahui apa yang
dikandung dalam awan dengan
melihat langsung dan merasakan dengan kulitnya substansi awan di atas
daratan. Tidak mungkin seorang empiris hanya melihat dari darat lantas menyimpulkan gejala-gejala apa yang
ada di langit. Dia akan terbang ke langit sampai ketinggian sekian ratus meter antas menguji substansi awan di
TKP. Di sinilah sebenarnya letak kelemahan metode ini. Ia akan menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan
biaya untuk menjadikan si pengamat mengalami secara langsung gejala khusus yang terkait dengan rumusan
masalahnya.
FUNGSI ILMU
Seorang anak kecil pun tahu bahwa sebuah pelampung kait akan terapung di atas permukaan air apabila ia
sering di ajak memancing oleh ayahnya. Namun itu hanya sebatasp e n ge t ah u a n, bukan ilmu pengetahuan.
Berbeda apabila anak tersebut sudah sarjana fisika yang paham bahwa pelampung kait terapung dapat karena
BJ(Berat Jenis) pelampung kait lebih ringan dari BJ air di kolam pancing. Itulah yang dimaksudil m u
pengetahuan.
Dari mana asal usul ilmu pengetahuan? Awal mulanya evolusi pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
didorong oleh 2 faktor : pertama untuk memuaskan diri, yang bersifatt e o ri t i s guna memenuhi kuriositas
memahami gejala alam. Kedua, yang bersifat praktis / aplikatif bagaimana memanfaatkan pengetahuan itu
untuk menyelesaikan masalah keterbatasan sumber daya alam dan persaingan hidup. Faktor pertama
melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (
Pure Science) sedang faktor kedua melahirkan Ilmu Pengetahuan
Terapan (Aplied Science). Pengalaman dapat diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Berlangsungnya
perkembangan pengetahuan akan lebih mendapat momentumnya apabila ditunjang akan kemampuan
bertukar informasi dengan melakukan aktivitas komunikasi dengan sesama umat manusia.
Dengan kemampuan melahirkan ilmu pengetahuan inilah manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya
yang terdahulu yang kemudian digabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh sekarang hingga
menghasilkan pengetahuan yang baru. Pada titik klimaksnya, manusia akan membuat dugaan-dugaan hingga
mampu berteori. Fenomena petir dapat dijelaskan dengan teori fisika, fenomena bernafas dapat dijelaskan
dengan teori biologi,fenomena energi dapat dijelaskan dengan teori kimia, dst.
Faktanya, kurositas manusia tidak terbatas pada sekedar fenomena alam, tetapi juga pemenuhan kebutuhan
dan keinginan. Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tak terbatas bila dibandingkan dengan sumber
daya alam yang ada. Sumber daya alam yang terbatas ini akan diperebutkan oleh berbagai peradaban yang
menjamur di muka bumi ini hingga melahirkan persaingan.
Persaingan dalam mencari dan mengelola sumber

5
daya yang terbatas itulah sebuah masalah utama untuk bertahan hidup atau lebih jauh lagi menguasai
peradaban lainnya.
Sejarah membuktikan bahwa peradaban yangk al ah dalam persaingan adalah yang tidak menguasai ilmu
pengetahuan atau tidak cukup daya upaya untuk mengimplementasikannya dalam pembangunan. Sebaliknya,
peradaban yangm e n an g yang dapat bertahan sampai sekarang bahkan mendominasi peradaban yang
selainnya adalah peradaban dengan kebudayaan ilmu pengetahuanyang maju.Ma salah pangan di sele saikan
dengan ilmu biologi terapan, masalah pertambangan diselesaikan dengan ilmu kimia terapan, masalah
pelayaran diselesaikan dengan ilmufisika terapan. Setelah menyelesaikan masalah lama, timbul masalah
baru menunggu untuk dipecahkan dengan ilmu terapan baru.
Pada prinsipnya, Pengetahuan (knowledge) masuk kategori Ilmu Pengetahuan (Science knowledge), bila
kriteria berikut dipenuhi yakni :
1) sistematis
2) berobyek
3) Bermetode
4) berlaku secara universal
FUNGSI LOGIKA
Menurut Irving, logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran betul dari penalaran salah. Adakah
h u b u n gan antarar as i o,il m u denganl o gi k a? Pasti
ada. Cara berfikir
r as i o n al membutuhkan hukum kausalitas dari logika. Yang kedua, logika adalah ilmu,
sehingga terikat oleh hukum keilmuan. Logika punya medan gerak (obyek), yaitu hukum menalar yang benar.
Dia punya cara menyusun kesimpulan terhadap obyeknya (metode), induktif dan deduktif. Dia tersusun secara
urut (sistematis), buku-buku sistematika ilmu logika bisa ditemukan dimana-mana. Dan ilmu ini ilmiah (bisa
dipertanggungjawabkan), mewakili kenyataan obyek materialnya : pemikiran.
Pertanyaan yang muncul : Mengapa perlu dibedakan antara yang benar dengan yang salah? apa kita sanggup
membedakannya? Katakanlah, materi yang dikaji logika adalah pemikiran, pemikiran manusia. Banyak sekali
faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam pikiran manusia. Misalnya pengaruh keyakinan masing-
masing,kepentingan kelompoknya atau pribadinya, emosi sesaat, maupun tersugesti, dsb. Begitu banyaknya
faktor yang keluar-masuk dan saling bertarung kepentingan, bahkan arena perangnya adalah pemikiran.
Sewajarnya harus ada yang ilmu yang membahas tentang pemikiran. Supaya kita dapat menyaring mana yang
relevan, mana yang tidak
nyambung blass. Lebih tepatnya adalah ilmu yang bisa memisahkan antara kubu
yang sesat dengan kubu yang lurus. Dengan mempelajari logika,
p r os p e k ny a kita dapat terbiasa memiliki
kewaspadaan untuk tidak menerima begitu saja informasi yang masuk ke arena pemikiran kita. Dan dalam
perjalanannya kelak, apabila kita konsisten untuk selalu berjalan lurus, tidak mustahil kita akan dapat
menemukan satu kebenaran universal diantara pluralitas kehidupan.
Bagaimana logika bisa berfungsi sedemikian rupa menyaring penalaran benar dari yang salah? Ada caranya.
Yang dijadikan sasaran adalah
bangunan berfikir manusia. Antar pernyataan dalam suatu wacana bagaikan
antar bahan penyusun bangunan. Makna bangunan yang dimaksud adalah bangunan berfikir manusia.
Sedangkan bahannya berupa pernyataan-pernyataan pendukungnya. Sehingga, untuk membuat bangunan
berkualitas seorang insinyur harus mencari bahan berkualitas pula. Harus ada semen, pasir, batu-bata yang
kesemuannya berkualitas tinggi. Pencapaian kualitas tinggi sama dengan mencapai kebenaran.
Sebenarnya logika alami sudah dimiliki oleh tiap manusia dalam bentuk potensi nalar yang akan berkembang bila diasah. Misalnya seorang ahli pidato, politikus, dan dosen. Mereka bisa menyampaikan sesuatu dengan lurus dan terarah. Padahal orang-orang ini tidak pernah membaca buku-buku logika karya Aristoteles, Hegel,
Poespoprojo, Francis Bacon, dsb. Mereka mempotensikan nalar mereka sedemikian rupa sehingga bisa
teraktualkan. Sedangkan kita sebagai mahasiswa perlu belajar otodidak bertahun-tahun untuk menemukan
potensi-potensi apa saja yang sudah miliki sejak awal namun tidak pernah kita asah. Disinilah fungsil o gi k a

artifisial, menghemat waktu, tenaga, dan pikiran dalam mempelajari prinsip logika. Logika artifisal adalah
susunan hukum penalaran manusia yang sudah di jadikan ilmu.
Dalam logika artifisial, untuk menemukan kebenaran ada 2 metode,In d u k t if dand e d u k t if. Tiap metode punya
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga masing-masing berfungsi secara terpisah namun tetap
berlanjutan. Fungsi induktif sebagai langkah awal mencari kebenaran diikuti oleh deduktif sebagai penemu
kebenaran lainnya.

INDUKSI
Misalnya :b es i dipanaskanm e m u ai,t e n b ag a dipanaskanm e m u ai,al u mi n i u m dipanaskanm e m u ai.
Kesimpulannya :l o ga m dipanaskanm e m u ai.
Demikianlah fungsi metode induktif, tidak perlu meneliti semua jenis logam di dunia. Cukup beberapa sampel

bisa ditarik kesimpulan. Lalu dilanjutkan dengan cara deduktif untuk mencari sifat logam-logam selain yang di
contohkan.
DEDUKSI
Misalnya : Semual o ga m yang dipanaskan akanm e m u ai.Ema s danp e r ak adalahl o ga m.
Kesimpulan :Ema s danp e r ak bila dipanaskan akanm e m u ai.
Cara deduktif tidak perlu penelitian, tetapi sayaratnya perlu kesimpulan hasil induktif untuk melangkah.
Apabila dalam meneliti suatu gejala, kita cenderung berat sebelah antar 2 metode tersebut, fungsi yang
diharapkan malah tidak tercapai. Misalnya terlalu mengandalkan metode induktif, maka penelitian akan boros.
Bila sebaliknya, mengandalkan deduktif lebih dahulu, bisa jadi bangunan pemikiran yang disusun menjadi
rapuh. Bagaimana bisa kuat bila asumsi saja sudah salah.

PROPOSISI
Secara sederhana,p r o p os is i sama denganp r e m is. Proposisi mengatur hukum-hukum yang berlaku pada premis termasuk unsur-unsur premis. Suatu kalimat pernyataan memiliki syarat tertentu untuk disebut proposisi. Tidak semua kalimat pernyataan adalah proposisi. Misalnya kalimatp e r t any a an,p e r i n t ah, dan
ungkapan bukan termasuk proposisi karena medan gerak mereka bukan untuk dibuktikan untuk
kebenarannya. Berbeda dengan kalimatj ustif i k asi, ia diharuskan memenuhi hukum cukup alasan sehingga bisa
dikategorikan benar.
Selain unsur relevansi untuk dipertanyakan benar atau salahnya, sebuah proposisi haruslah berperan sebagai
unsur terkecil dalam suatu wacana. Wacana dipecah menjadi kumpulan paragraf, paragraf dipecah menjadi
kumpulan kalimat. Kalimat dipecah menjadi kata perkata. Unit terkecil yang dimaksud bukan kata atau
kalimatnya, tetapi apapun yang mengandungsubyek dan predikat. Misalnya dalam suatu kalimat
mengandung 2 subyek dan obyek, maka ada 2 proposisi. Unsur kata walaupun unit terkecil, ia hanya
mengandung pengertian, tidak mengandung maksud (pernyataan).

Menurut sumbernya, proposisi punya 2 pemisahan. Proposisian al i ti k berasal dari analisa, proposisisintetik
berasal dari sintesa. Secara singkat, predikat yang muncul dalam proposisi analitik berasal darian al is a

7
terhadap subyeknya.Misalnya proposisi analitik, kalimat mangga adalah buah-buahan. Ada 2 unsur yang bisa
dibuka, predikatb u ah- b u a h a n yang melekat pada subyekm an gg a.Buah-buahan merupakan atribut yang
sudah ada dalamm an g ga,b u ah-b u ah an tidak mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menguji apakah
atribut tersebut benar-benar melekat, dengan kaidah metode induktif lalu deduktif. Berbeda dengan proposisi
sintetik yang predikatnya berasal dari hasilsintesa subyeknya. Misalnya kalimat mangga itu manis. Predikat

manisyang melekat pada mangga merupakan pengetahuan baru yang didapat dari pengalaman atau rasio.
Cara mengujinya dengan kaidah berfikir empiris atau rasional.
Untuk mengelompokkan suatu premis, ada cabang proposisi kategoris untuk mempermudah membuka unsur-
unsur dalam suatu premis sekaligus mengelompokkannya. Sebelum mencari aturan pengelompokan premis,
kita harus membuka unsur-unsur yang termuat dalam suatu premis. Unsur yang pertama,quanti fier.
Quantifier terdiri dari 3 jenis, univer sal, partikular, singular. Yang keduak o p u l a, jenis kopula ada yang positif
dan negatif. Sisanya adalahsub yek danp r e d i k at. Sehingga jumlah unsur di tiap premis ada 4. Berikut cara
mengklasifikasikan premis menjadi 4 singkatan lambang:

Lambang
Permasalahan
Rumus
A
Universal positif
Semua S adalah P
I
Partikular positif
Sebagian S adalah P
E
Universal negatif
Semua S bukan P
O
Partikular negatif
Sebagian S bukan P
PENUTUP
KESIMPULAN
Fungsi metode rasional sebagai alat memecahkan masalah abstrak, dan lebih hemat waktu, tenaga, biaya berbeda dengan metode empiris yang fungsinya memecahkan masalah konkrit, walaupun boros.
Fungsi ilmu pengetahuan untuk mencari hukum-hukum universal yang berlaku di
alam semesta dan di sistematiskan supaya bisa disimpan untuk generasi mendatang,
supaya bisa dilanjutkan untuk perkembangan di masa depan. Bangkit dan
tenggelamnya sebuah peradaban dimulai dari ilmu pengetahuan.

Fungsi logika pada dasarnya untuk membedakan penalaran lurus dari penalaran
sesat dalam pikiran kita. Banyaknya jumlah wacana yang terinput kedalam memori
kita setiap nonton TV, mendengar radio, membaca koran, berinteraksi dengan
manusia lain, dan bernalar secara mandiri tentu ada konsekuensinya. Bagaimana
menyaring pengetahuan yang lurus diantara yang sesat. Tidak mungkin semua input
pengetahuan kita lurus, dan tidak semua sesat.

Secara nilai sikap (afeksi), apabila kita terbiasa mengeluarkan buah pemikiran secara
logis, dibarengi dengan kaidah ilmu yang rasional, maka kita akan mudah
menyampaikan ide kita ke orang lain, karena orang lain akan mudah memahaminya.
Lama kelamaan akan muncul budaya ilmiah di sekitar kita. Dan semakin banyak
orang yang paham hukum kelogisan, semakin sering kita dikritik akan ide kita.
Semakin sering di kritisi, kita akan terbiasa menyempurnakan runtutan kelogisan ide

kita hingga suatu saat terbangun suatu konstruk pemikiran yang utuh dan
kebenarannya diakui secara universal.
Proposisi sama dengan premis. Proposisi harus mampu dibuktikan benar salahnya.
Minimal terdiri dari subyek dan predikat.
Unsur premis ada 4, Quantifier, kopula, subyek dan predikat. Apabila setiap bagian tersebut saling berpadu dan terpola menurut masing -masing pasangannya, ada 4 simbol untuk melambangkannya. Lambang A, I, E, O.

Anaximandros: Astronomi, Asal Mula Manusia, dan Apeiron

Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari Tahun 610 – 547 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai seorang filosof ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ahli ilmu bumi.[1]Ia konon adalah orang pertama yang membuat peta.[2]
BIDANG ASTRONOMI
Menurutnya, dunia kita terletak di tengah- tengah alam semesta ini: berbentuk seperti silinder[3], di sekitarnya ada lingkaran- lingkarang cincin (berwujud seperti selang) yang penuh berisi api, dan selang- selang itu berlobang-lobang. Lewat lobang inilah kita bisa melihat api di dalam cincin-cincin tersebut. Itu makanya, bintang-bintang, bulan, matahari adalah “lobang lewat mana” kita bisa mengetahui adanya cincin-cincin di langit itu. Yang terpenting dari sistem yang diajukan Anaximandros ini adalah simetri yang ia ajukan: meskipun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia menemukan adanya keteraturan. Dan lebih dari itu, simetri itu mengijinkan dirinya menyatakan bahwa dunia kita “tidak bergerak”.[4]
Anaximandros berpendapat bahwa bumi kita tepat berada di tengah-tengah sehingga tidak ada satu alasanpun untuk menjelaskan mengapa ia bergerak ke satu titik daripada titik lainnya. Sama seperti seekor keledai yang berada di antara 2 gundukan jerami di arah berlawanan dengan jarak yang sama, ia akan berhenti, dan mati kelaparan karena tidak pernah memilih arah mana yang mau diambil.
Kematian keledai dan immobilitas bumi kita diterangkan dengan sebuah prinsip yang sekarang kita kenal sebagai  prinsip kecukupan rasio (principe of sufficient reason) :
- Jika tidak ada alasan bahwa X muncul (terjadi) daripada Y (jika tidak ada alasan aku mengambil jalan lurus atau mengambil putaran di depan)
- Jika tidak mungkin bahwa X dan Y muncul (terjadi) bersama-sama (jika tidak mungkin untuk berjalan lurus dan berbelok sekaligus)
- Maka kesimpulannya: baik X maupun Y tidak ada (maka aku tdk jalan lurus dan tidak berbelok, aku diam!)
Prinsip abstrak ini yang kemudian diterapkan Anaximandros kepada astronomi untuk mengatakan bahwa bumi kita diam.[5]
ASAL MULA MANUSIA
Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi.[6] Orang sering mengatakan bahwa Anaximandros menjadi pendahulu teori evolusi spesies-spesies . Berhadapan dengan ragam kehidupan di dunia, ia mencoba mencari dari mana asal-usul semuanya, dan terutama dari mana manusia muncul. Barangkali, karena pengaruh gurunya, Thales, yang mengusulkan physis[7] air sebagai dasar kehidupan, ia lalu mengusulkan bahwa asal-usul mereka adalah  daerah lembab . Lalu bagaimana bisa muncul kuda, kambing, yang semuanya tidak terlalu dekat hidupnya dengan hal-hal lembab ? Maka dibuatlah spekulasi bahwa dulu-dulunya semua berasal dari ikan atau semacam ikan yang dilindungi oleh cangkang. Tentang manusia ? Manusia adalah satu-satunya binatang yang menyusui dalam periode lama untuk akhirnya bisa makan sendiri. Jika demikian, maka manusia pertama pasti tidak demikian, karena jika begitu ia akan cepat mati. Maka diusulkan bahwa manusia pertama dikandung cukup lama dalam binantang semacam ikan, sampai kemudian keluar darinya. Dan baru setelah itu ia bisa berkembang biak sendiri.[8]
PHYSIS ITU BERNAMA APEIRON
Seperti juga gurunya, Anaximandros mencari asal dari segalanya. Ia tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan gurunya. Yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Tetapi yang satu itu bukan air. Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti- hentinya, sedangkan yang dijadikannya tidak berhingga banyaknya. Jika benar kejadian itu tidak berhingga, seperti yang lahir kelihatan, maka yang “asal” itu mestilah tidak berkeputusan.
Yang asal itu, yang menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”[9]. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan dengan panca indera kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Di mana yang bermula dingin, di sana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkepunyaan?[10]
Simplicius mengatakan[11] bahwa Anaximandros berbicara tentang proses menjadi dan hilangnya alam semesta. Menurutnya, semua terjadi  menurut tatatan waktunya  : artinya, secara teratur, segala hal yang muncul pada waktunya akan dibalas/ditebus. Tanaman tumbuh dan berkembang dari tanah dengan mengambil unsur-unsur dari dalam tanah. Pada waktunya, tanaman akan mati, membusuk dan materinya dikembalikan lagi menjadi tanah. Saat tanaman tumbuh, ia melakukan ketidakadilan kepada tanah karena ia menyerap unsur-unsurnya untuk kehidupannya. Tanaman  mencuri  apa-apa yang diperlukannya dari tanah. Namun, sekali tanaman itu mati dan membusuk, ia menebus (membalas) ketidakadilan yang ia lakukan dengan menjadi unsur-unsur bagi tanah. Hujan jatuh dari udara, lalu air hujan akan diuapkan oleh panas matahari, dan ia akan kembali menjadi udara lagi. Hujan (air) mengambil substansi airnya dari udara, ia  mencurinya dari udara. Setelah jatuh, ia akan diuapkan untuk  menebus kembali  udara. Semua kemunculan dan hilangnya segala sesuatu terjadi menurut aturan yang sudah ditatankan dalam waktu.
Simplicius juga berbicara[12] tentang sebuah physis  bernama ketakterbatasan (apeiron) sebagai asal dan akhir segala sesuatu. Sama seperti Thales gurunya, Anaximandros juga menemukan satu prinsip  : ketakterbatasan. Apeiron ini tidak sama dengan salah satu dari berbagai unsur yang menyusun dunia kita yang kelihatan ini. Alasannya sederhana : karena semua materi yang kita kenal derajatnya sejajar (air menjadi udara, udara menjadi air ; kayu menjadi tanah, tanah menjadi kayu). Tak satu pun unsur dasariah dunia inderawi ini memiliki primasi dibandingkan unsur lain sehingga tidak bisa dikatakan menjadi  prinsip.
Prinsip itulah yang memunculkan alam semesta ini berkat sebuah  gerak abadi  (mengapa harus abadi  gerakan ini ? ya karena gerakan inilah yang memunculkan alam semesta, kalau gerakan ini digerakkan oleh sesuatu , artinya kita harus mencari  sesuatu  yang menggerakkan itu, dan seterusnya tanpa henti. Awal segala sesuatu akhirnya sulit diterangkan. Itu makanya, dipostulatkan – dinyatakan – bahwa gerak ini  abadi ).
Gerakan inilah yang memunculkan  semua langi-langit dan dunia-dunia yang ada di dalamnya”, dan ia tidak pernah berhenti. Gerakan ini terus menerus  memunculkan sesuatu . Dan untuk bisa memunculkan itu, gerakan ini butuh sebuah materi . Karena “materi” yang dibutuhkan akan digerakkan terus untuk senantiasa memunculkan sesuatu, maka “materi” itu haruslah sesuatu yang “tak bisa habis, tak terbatas”.
- Dari “materi dasar” (prinsip) ini lalu muncul: langit-langit dan semua “elemen” yang ada di dunia. Dari situ baru muncullah apa-apa yang kita kenali di dunia ini. Dan semua itu masih dikendalikan oleh gerak abadi tersebut sehingga muncullah  sebah SIKLUS teratur kejadian-kejadian yang semuanya taat pada tatanan waktu.
- Ini semua adalah tafsir  yang belum tentu benar (mengingat sekalilagi minimnya teks, dan sumber yang kita gunakan adalah sumber-sumber yang  jauh  setelah kehidupan Anaximandros sendiri).[13]
PENUTUP
Dipandang dari jurusan ilmu sekarang, banyak yang janggal tampak pada keterangan Anaximandros tentang kejadian alam. Tetapi ditilik dari jurusan masanya, dimana segala keterangan berdasar pada takhayul dan cerita yang ganjil- ganjil, pendapatnya itu adalah suatu buah pikiran yang sangat lanjut. Itu saja cukuplah untuk memandang dia sebagai ahli pikir yang jenial (genial). Tetapi yang jadi perhatian benar bagi orang kemudian ialah caranya menguraikan buah pikirnya. Ia mencari keterangan dengan metode berfikir yang teratur. Masalah yang banyak seluk- beluknya ditinjau dari satu jurusan pokok yang mudah.[14]
Sebagai seorang murid Thales, nampak bahwa anximandros merupakan murid yang otentik, bahkan lebih cerdas dari gurunya. Ia tidak serta merta mengikuti apa yang gurunya berikan. Jika Thales mengatakan bahwa Physis itu adalah air, maka dengan sangat bijaksana Anaximandros membuat pernyataan bahwa Physis itu tidak mungkin yang berhingga, melainkan harus yang tak berhingga, sehingga menimbulkan suatu pendapat baru. Physis itu dinamakan Apeiron. Tetapi perlu diingat, walaupun Anaximandros mengatakan bahwa physis itu adalah apeiron, namun ia tetap menghargai dan mungkin saja terpengaruh oleh ajaran Thales dengan mengatakan bahwa asal- usul makluk hidup atau spesies- spesies adalah dari daerah lembab. Dan iapun mulai berspekulasi manakala terdapat pula hewan yang jauh dari kelembaban, bukan dengan observasi yang ilmiah. Ia berspekulasi bahwa dulu- dulunya semuanya itu berasal dari ikan atau seperti ikan yang dilindungi cangkang. Bedanya dengan makhluk lain, manusia dikandung lebih lama dan setelah bisa berkembang biak sendiri barulah manusia pertama itu keluar darinya. Anaximandros juga merupakan filsuf pertama yang menanyakan dari mana manusia itu muncul, bahkan ia sering dijuluki sebagai perintis pengikut teori Darwinisme.
Pada bidang astronomi, Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar, pendapatnya ini merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan rasionalistik[15] untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional kohorensi internal[16] fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu melahirkan sebuah prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip kecukupan rasio yang masih relevan dipakai hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani, Jakarta: Penerbit Kanisius
Hatta, M.1980. Alam Pikiran Yunani, Jakarta:Penerbit Tintamas
Russell, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, Setyo. 2009. Diktat Kuliah Sejarah Filsafat Yunani STF DRIYARKARA, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar